Pada kesempatan ini, saya ingin membagikan
ilmu yang telah dijarakan oleh bunda Dr. Hamidah Binti Sulaiman.
Kami memanggilnya bunda, karena panggilan itulah yang dia paling sukai.
Bunda Dr. Hamidah Binti Sulaiman adalah dosen
di Department of Educational Psychology and Counselling Faculty of
Education, University of Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia.
Bunda mengajar kami waktu itu di Pasca
Sarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Bunda banyak memberikan nasehat
tentang sikap-sikap orang yang berilmu. Beliau mengatakan nya sebagai akhlaq
dalam pengembangan diri. Sahabatku sekalian, kenapa saya ingin membagikan ilmu
ini kepada kalian semua? Saya juga tidak bisa menerangkannya. Namun itulah
hakikat ilmu itu menurut saya, harus dibagikan. “Jadi yang dinamakan dengan ilmu
harus dibagikan”. Hanya itu yang bisa saya sampaikan alasannya.
Bunda menyatakan bahwa harga diri orang yang
berilmu itu sebenarnya karena tiga hal, yaitu: ucapan, sikap dan tindakan.
Orang yang berilmu itu adalah orang yang ucapannya baik. Berkata-kata dengan
hormat kepada orang yang lebih tua darinya, dan berkata-kata penuh kasih sayang
dan pengajaran kepada yang lebih muda.
Dulu ketika saya belajar di Padang, saya
belajar beberapa istilah-istilah di minang. Salah satu yang saya hapalkan itu
adalah :kato mandaki, kato malereng, kato mandata, dan kato manurun. Keempat
istilah ini adalah cara kita berkomunikasi kepada lawan bicara. Kepada yang
lebih tua, kita berbicara dengan kata mandaki; yaitu memberikan penghormatan. Kepada
ipar kita berbicara melereng (tidak belak-belakan). Kepada sesama sebaya kita
berkomunikasi dengan mandata yaitu bergaul dan berbicara layaknya kepada sesama
sebaya. Bakato manurun adalah kata-kata yang diberikan kepada orang yang lebih
muda dari kita. Keempat prinsip komunikasi ini harus ditempatkan pada
tempatnya, dan tidak selayaknya kita balik. Kato manurun ke yang lebih tua, kato
mandaki kepada yang lebih muda, karena hal ini akan merusak tatanan sopan
santun dan pergaulan di dalam masyarakat yang beradat seperti di Sumatra Barat.
Empat prinsip komunikasi ini harus ada pada orang-orang yang berilmu, dan
kecerdasan dalam berkomunikasi ini adalah bentuk harga diri orang yang berilmu.
Harga diri orang yang berilmu juga bisa
dilihat dari sikap dan responnya kepada orang lain. Seseorang yang berilmu akan
pandai menempatkan dan menunjukkan sikapnya yang baik dan responsif serta
menghargai orang lain. Begitu juga dengan tindakannya, tindakannya adalah
tindakan yang terukur dan bijaksana. Begitulah setidaknya orang yang berilmu,
jika ketika poin itu telah menjadi akhlaq orang yang berilmu, maka semakin
tinggi lah harga dirinya.
Mendengar penjelasan beliau, saya sempat
berpikir kalau menjadi orang yang berilmu itu ternyata tugasnya sangat berat.
Beliau memberi penjelasan memang seperti itulah orang yang berilmu. Kalau
amanah seperti itu tidak kita emban, lalu untuk apa kita menuntut ilmu?
Kalaulah kita menuntut ilmu itu untuk mencari pekerjaan, maka kerbau juga
dilatih untuk bekerja.
Nasehat bunda ini sangat tajam mengarah
kepada kita, namun nasehat inilah yang benar. Secara spesifik beliau menuturkan
contoh akhlaq orang yang berilmu itu adalah: jujur dalam perkataan, muhasabah
diri dan mengkaji, berniat baik, daya pikir dan inovasi yang kuat,
berkasih sayang, bersahabat dengan orang yang berilmu, ridho dan
zuhud, senang dengan ulama, menjauhi dosa dan maksiat, bersahabat
dengan orang baik, bijaksana dan setia, lembut dalam bertutur kata.
Selanjutnya beliau menambahkan, orang yang
berilmu itu juga harus mempunyai kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi adalah
sikap “hikmah” dalam menghadapi gelombang hidup. Sebagaimana firman Allah subahanahu
wata’ala yang menerangkan bahwa Rasulullah shallahu alaihi wasallam
diutus untuk mengajarkan hikmah kepada seluruh manusia. Kalau boleh saya
sebutkan “hikmah” ini adalah seni dalam menjalani hidup sesuai dengan kondisi
zaman yang ada. Kalau para ulama menafsirkannya sesuai ayat Al-Baqarah 151 ini
adalah sebagi sunnah Rasulullah shallahu alaihi wasallam.
كَمَآ
أَرۡسَلۡنَا فِيكُمۡ رَسُولٗا مِّنكُمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡكُمۡ ءَايَٰتِنَا
وَيُزَكِّيكُمۡ وَيُعَلِّمُكُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَيُعَلِّمُكُم مَّا
لَمۡ تَكُونُواْ تَعۡلَمُونَ ١٥١
Artinya: Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan
nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang
membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan
kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum
kamu ketahui.
Wallahu A’lam
Komentar
Posting Komentar