IPM dan Pemimpin
di Daerah
Saya ingin bercerita sedikit pengalaman saya pada bulan Agustus 2015, saya mendampingi seorang pengusaha dari Kuwait untuk mengelilingi sebagian Sumbar-Jambi, menginap di tepi Danau Diateh Solok, Kebun Teh Kayu Aro di Gunung Kerinci Jambi, selama 4 hari 3 malam. Dari perjalanan itu, saya mendapatkan cerita dan informasi dari pengusaha tersebut. Dia adalah direktur dari perusahaan yang dia buat sendiri yang bergerak di penyediaan barang dan kebersihan masjid di Kuwait. Lanjut dia bercerita; ada sekitar 200 masjid yang menggunakan jasanya.
Mendengar latar belakangnya saya sempat berkata kepada dia “syekh bagaimana kalau saya ikut
ke Kuwait” dia belum yakin mengajak saya karena dia tidak lama di Indonesia, saya juga perlu mengurus visa dan lain-lain. Kebetulan waktu
itu saya baru wisuda. Melalui perjalanan ini saya dan Bg Marwan teman saya yang bawa mobil dapat duit yang lumayan banyak karena kita di
bayar perhari mendampingi dia, sekalian liburan. Yang paling mengesankan adalah ketika
makan, dia porsinya bisa 3-4 kali dari kami. Setiap kita
makan di rumah makan, dia selalu suruh tambah karena menurut dia saya dan Bg Marwan baru
makan sedikit. Melihat kesempatan seperti ini, saya termasuk Bg Marwan makan tanpa “perasaan bersalah”.
Selain ke
Kuwait, ke Malaysia dan Australia juga pernah di ajarkan dan diarahkan kesana,
dibimbing dan diberikan bantuan diplomasi oleh dosen. Namun, takdirnya
memang masih berkata lain waktu itu. Kalau peluang seperti ini di dampingi dan
dibimbing oleh pemerintah daerah kepada para tenaga kerja (terkhusus pelajar dan pemudanya)
saya yakin ini akan menjadi salah satu peluang bagi daerah untuk mengembangkan
sumber daya daerahnya. Kembali ke judul di atas; jadi tidak semua perusahaan
itu butuh tenaga yang ahli di bidang tertentu, ada peluang-peluang yang bisa
dijadikan daerah sebagai tempat bekerja sambil belajar bagi para tenaga
produktifnya
Indonesia
adalah diantara negara terbesar pengirim tenaga kerja migran internasional.
Pengiriman tenaga kerja migran internasional ini membawa dampak positif bagi
IPM (index pembangunan manusia) di daerah itu. Berbekal pengalaman yang di
dapat dikancah internasional, akan membawa pemikiran dan ide baru. Tidak hanya
itu, yang paling penting adalah pertambahan pendapatan ekonomi keluarga yang signifikan di daerah asalnya
(khususnya keluarga). Sebagai daerah yang masih terus berkembang,
percepatan pengembangan daerah dari berbagai sudut sangat penting tidak
terkecuali dari pembangunan manusianya melalui tenaga kerja migran
internasional ini. Karena tenaga kerja migran internasional dapat mendorong
peningkatan IPM. IPM di-Indonesia 5 tertinggi diraih oleh DKI Jakarta peringkat pertama, DI
Yogyakarta, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, dan seterusnya Bali. IPM diukur
dari : 1) Umur panjang dan hidup sehat yang
diukur dengan harapan hidup saat kelahiran. 2) Pengetahuan yang dihitung dari peluang bersekolah dan 3)
Standar hidup layak.
Bagi daerah
yang ingin terus melaju dengan cepat, IPM ini bisa dijadikan sebagai acuan
untuk mengembangkan daerah. Diantara cara yang dilakukan menurut saya adalah
pengiriman tenaga kerja migran internasional. Hal ini memang tidak mudah untuk
mendapat negara yang dapat menerima, namun tetap bisa dilakukan dengan
pendekatan kebanyak pihak. Jika sudah menemukan negara yang menjadi tempat
tujuan, daerah bisa menyusun program selama masa tugas di luar negeri dan pasca
kontrak selesai dari luar negeri dan pulang ke daerah, Insya Allah akan banyak yang dapat membantu pemerintah daerah dalam mendorong ini.
Menurut saya, sementara ini negara tujuan yang "cocok" dijadikan target adalah Qatar, Turki,
Kuwait, Uni Emirat Arab, Brunei Darussalam, Arab Saudi, Korea Selatan, Japan,
Autralia dan Selandia Baru. Untuk memaksimalkan ini, perlu program yang relevan
diberikan kepada para calon pekerja-pelajar untuk mengambil kesempatan dan peluang ini
dan memanfaatkan sebaik-baiknya.
Programnya
kira-kira seperti apa? Insya Allah banyak yang akan bantu suatu saat. Penjajah
saja memberikan program kepada utusan ke daerah koloninya. Apalagi kita yang
bukan penjajah, hanya rakyat yang cinta kepada sesama manusia tentu akan lebih
semangat lagi menyusun program ini yang bisa dimanfaatkan oleh calon pekerja
untuk pendidikan dan ekonomi keluarganya.
Komentar
Posting Komentar