Bagaimana sekolah dapat memberikan pendidikan tentang sikap hormat dan tanggung jawab terhadap siswa?

Thomas Lickona memberikan penjelasan ada tiga komponen penting dalam membangun pendidikan karakater yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling (perasaan tentang moral) dan moral action/moral doing (perbuatan bermoral).

Selanjutnya misi atau sasaran yang harus dibidik dalam mengajarinya dari tidak tahu menjadi tahu, dan pada tahap-tahap berikutnya dapat membudayakan akal pikiran, sehingga dia dapat memfungsikan akalnya menjadi kecerdasan intelegensia. Ini yang pertama, kognitif.

Kedua, afektif, yang berkenaan dengan perasaan, emosional, pembentukan sikap di dalam diri pribadi seseorang dengan terbentuknya sikap simpati, antipati, mencintai, membenci, dan lain sebagainya. Sikap ini semua dapat digolongkan sebagai kecerdasan emosional.

Ketiga psikomotorik, adalah berkenaan dengan tindakan, perbuatan, perilaku, dan lain sebagainya. Apabila dikombinasikan ketiga komponen tersebut dapat dinyatakan bahwa memiliki pengetahuan tentang sesuatu, kemudian memiliki sikap tentang hal tersebut, selanjutnya berperilaku sesuai dengan apa yang diketahuinya dan apa yang disikapinya.

Menurut Thomas lickona, pendekatan tentang pengajaran nilai-nilai karakter terhadap siswa di sekolah itu dilaksanakan dengan strategi berbasis sekolah yang mencakup di dalamnya orang tua dan masyarakat. Namun secara khusus, Thomas Lickona menyampaikan strategi di sekolah atau kelas dalam pendidikan karakter adalah diantaranya sebagai berikut.

saling menghargai

    Guru Harus Menjadi Pengasuh, Model Dan Mentor

Di dalam kelas, siswa mempunyai dua hubungan: hubungan dengar guru dan hubungan dengan siswa. Kedua hubungan ini berpotensial sekali dalam memberi pengaruh baik positif maupun negatif terhadap perkembangan karakter siswa.

   Menciptakan Komunitas Atau Kelompok Siswa Yang Bermoral

Menciptakan komunitas atau kelompok siswa yang bermoral itu menurut tomas lickona dapat dilakukan oleh guru dengan cara: 1) membantu siswa untuk saling mengenal lebih dalam satu sama lain, 2) mengatasi pertikaian antara siswa atau kelompok siswa, 3) membangun hubungan atau komunitas siswa kelas rendah dan kelas tinggi, 4) memperbaiki kualitas intraksi antara siswa atau kelompok siswa, 5) mengajarkan siswa untuk saling menghormati, peduli dan menguatkan, 6) menghentikan diskriminasi antara sesama siswa, 7) mendidikan anak untuk saling menguatkan satu sama lain, 8) membangun rasa kebersamaan.

    Penyusunan Peraturan Disiplin Moral

Penyusunan peraturan disiplin moral adalah salah satu bentuk usaha guru dalam merespons pelanggaran-pelanggaran moral yang dilakukan siswa di sekolah. Dalam  penyusunan peraturan disiplin moral ini hendaknya melibatkan siswa. Karena siswa sekolah dasar sangat sensistif dengan perbedaan guru-guru ketika merespons pelanggaran dari sebuah peraturan. Setidaknya dengan penyusunan peraturan disiplin moral bisa menyadarkan siswa bahwa melanggar peraturan moral itu ada konsekuensinya.

   Menciptakan Lingkungan Kelas/Sekolah Yang Demokratis

Menciptakan lingkungan kelas/sekolah yang demokratis akan mendorong siswa lebih bertanggungjawab dengan apa yang telah dilakukannya. Karena kesepakatan dan peraturan serta konsekuensinya di rumuskan secara bersama. Karena di dalam pertemuan kelas memberikan pengalaman dalam berdemokrasi, dan siswa telah ikut menciptakan suasana kelas yang lebih baik. 

    Membelajarkan Nilai-Nilai Moral Melalui Kurikulum

Kebijakan negara mencerminkan perhatian baru terhadap dimensi nilai-nilai karakter dalam kurikulum sekolah.

     Pembelajaraan Yang Kooperatif

Menurut Thomas Lickona, keuntungan belajar kooperatif dalam mendukung pembenatukan karakter siswa adalah: 1) mengajarkan nilai-nilai kerja sama, 2) membangun komunitas di dalam kelas, 3) mengajarkan siswa keterampilan dasar kehidupan, 4) dapat memperbaiki pencapaian akademik siswa, rasa percaya diri, dan sikap siswa terhadap sekolah, 5) menawarkan alternatif pencatatan, 6) mengontrol efek negatif dari persaingan. Namun Menurut Thomas Lickona proses belajar kooperatif harus seimbang dengan pembelajaran individualistis.

    Kesadaran Nurani/Mengajarakan Tentang Evaluasi Diri

Menurut Thomas Lickona, sebagai seorang pendidik, guru harus mengajarkan siswa betapa pentingnya mengajarkan tentang evaluasi diri. Thomas Lickona mengatakan guru yang baik bukan hanya yang menetukan standart yang tinggi, namun juga membantu siswa membuat standart tersebut menjadi milik dan keasadaran dari diri siswa. Evaluasi diri ini bisa dilakukan dengan menuntun siswa untuk melaporkan setiap kegiatannya dan pencapaiannya, bisa dengan bentuk tabel atau dengan buku laporan siswa.

   Refleksi Pendidikan Moral

Menurut Thomas Lickona  refleksi moral merupakan sesuatu yang penting untuk mengembangkan sisi kognitif dari suatu karakter-bagian penting dari moral kita sendiri yang mampu membantu kita membuat penilaian moral tentang sikap kita sendiri dan lainnya.

      Pembelajaran Penyelasaian Konflik

Kehidupan moral di kelas penuh dengan kesempatan untuk mengajarkan siswa-siswa menangani konflik secara konstruktif. Dalam penyelesaian masalah yang terjadi di dalam kelas bisa dilakukan dengan rapat kelas, cara ini dapat membantu siswa menerima konflik yang terjadi di dalam kelas. Menurut Thomas Lickona pendekatan yang dapat dilakukan oleh guru dalam penyelesaian konflik ada 5 yaitu: 1) kurikulum yang terencana, 2) pelatihan kemampuan yang tersturktur yang membimbing siswa menghindari konflik dan kemampuan resolusi konflik, 3) menggunakan rapat kelas dalam penyelesaian konflik antara anggota kelas, 4)  turut campur tangan ketika dibutuhkan untuk membantu siswa menerapkan kemampuan intra personal pada saat konflik baru terjadi, 5) membuat siswa lebih merasa bertanggung jawab terhadap penyelesaian konflik yang terjadi di antara mereka dengan bantuan orang dewasa.

 



[2]

[3]

[4]

[5]

[6]

[7]

[8]

[9]

[10]

[11]

[12]

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini