Tauhid dan Tantangannya

Dewasa ini, ada beberapa tantangan tauhid yang saya amati yang terjadi disekitar kita, diantaranya:

1.     Ghuluw terhadap orang-orang shalih

Konteks dari tauhid diantaranya adalah dakwah, yaitu mentauhidkan Allah. Mentauhidkan  hanya kepada Allah dalam hal ibadah kepada Allah; yang menjadi inti dari ajaran semua Nabi dan Rasul. Nabi dan Rasul diutus untuk mengajarkan manusia bagaimana seharusnya men-tauhid-kan Allah; mulai dari Nabi pertama yaitu Adam ‘alaihis salam, pada masanya manusia beribadah dengan mentauhidkan Allah; hingga muncul kesyirikan pada zaman Nabi Nuh. Kemunculan kesyirikan pada masa itu berlanjut hingga saat ini dan mengharuskan kita untuk berdakwah tauhid sesuai yang di ajarkan oleh para Nabi dan Rasul, karena itulah maksud dari Agama ini.

Namun, pada perjalanannya; dakwah tauhid ini senantiasa di sertai dan disusul oleh ke-syirikan, mulai dari zaman Nabi Nuh seperti yang kita sampaikan tadi; yang di bisikkan oleh Iblis dan Syaitaan. Salah satu bisikan iblis dan syaitaan (dari kalangan manusia dan jin) untuk terus mengganggu dakwah tauhid ini adalah ghuluw terhadap orang-orang shalih. Ghuluw terhadap orang shalih itu berarti menghormati orang shalih yang dimaksud secara berlebihan atau mengagunggkan secara berlebihan hingga dia melakukan hal-hal di luar kewajaran.

Kemudian setelah itu dibisikkan dan disampaikan oleh iblis dan syaitaan kepada orang-orang yang mengagumi orang shalih tertentu, dengan melakukan hal-hal yang tidak di ajarkan agama hingga mereka tersesat dan beribadah karenanya.

Perjalanan sejarah kesyirikan di tengah-tengah dakwah tauhid yang dibisikkan oleh iblis dan syaitaan muncul pertama kali pada zaman Nabi Nuh alaihissalam seperti yang kita sebutkan tadi diterangkan oleh Allah di dalam surah Nuh 21-23

 

قَالَ نُوحٞ رَّبِّ إِنَّهُمۡ عَصَوۡنِي وَٱتَّبَعُواْ مَن لَّمۡ يَزِدۡهُ مَالُهُۥ وَوَلَدُهُۥٓ إِلَّا خَسَارٗا وَمَكَرُواْ مَكۡرٗا كُبَّارٗا وَقَالُواْ لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمۡ وَلَا تَذَرُنَّ وَدّٗا وَلَا سُوَاعٗا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسۡرٗا 

 

Artinya: Nuh berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka (21). Dan melakukan tipu-daya yang amat besar" (22). Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa', yaghuts, ya'uq dan nasr" (23)

Siapakah berhala-berhala ini? Ibnu Abbas menjelaskan; “Mereka adalah nama-nama orang shalih di kalangan kaumnya Nuh. Ketika mereka meninggal, setan membisikkan kaumnya untuk membuat patung di tempat-tempat peribadatan orang shlih itu. Memberi nama patung itu sesuai nama orang shalih tersebut. Merekapun melakukannya. Namun Patung itu tidak disembah. Ketika generasi (pembuat patung) ini meninggal, dan pengetahuan tentang patung ini mulai kabur, akhirnya patung ini disembah”. (HR. Bukhari 4920).

          Begitulah awal kesyirikan itu muncul, di mulai dengan penghormatan yang berlebihan terhadap orang yang shalih dan membuat prasasti/patung untuk mengenang mereka, hingga orang setelah mereka menyembahnya. Orang-orang yang membuat prasasti untuk mengenang orang-orang shalih itu mengetahui dan paham bahwa itu hanya sebatas ritual, namun mereka mengenangnya secara berlebihan. Generasi selanjutnya yang tidak mengetahui latar pembuatan prasasti itu lantas menyembahnya di kemudian hari.

Ghuluw terhadap orang yang shalih/dianggap shalih yang sudah meninggal ini juga terjadi di Indonesia; Menurut para jama’ah; ada ke khusu’an tersendiri, mereka yakin orang yang sudah mati di dalam kubur itu bisa membawa berkah/pengaruh terhadap apa yang dia mintakan.

Secara konteks, pembelaan kita terhadap tauhid bisa kita lakukan dengan berdakwah kepada tauhid itu sendiri, mengingat di negeri kita Indonesia sangat banyak kesyirkin-kesyirikan yang terjadi. Dakwah yang dilakukan bisa dengan tulisan atau lisan dengan menggunakan media yang sudah ada.

Diriwayatkan pada hadits shahih, dari istri Rasululloh ShallAllahu ‘alaihi wa sallam ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Ummu Salamah mengisahkan kepada Rasululloh  Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang suatu gereja, yang pernah ia lihat di negeri Habasyah (Ethiopia), beserta gambar-gambar yang terpampang di dalamnya. Mendengar kisah istrinya ini, Nabi bersabda, ”Mereka itu, apabila ada orang yang shalih atau hamba yang shalih meninggal, mereka membangun di atas kuburannya sebuah (tempat ibadah), dan mereka membuat di dalamnya patung-patung, dan merekalah sejelek-jelek makhluk di sisi Allah”.

Imam Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha pula, ia menuturkan bahwa ketika Rasulullah sedang didatangi (oleh Malaikat maut), beliau menutup wajahnya dengan sehelai baju. Tatkala merasakan sesak, beliau membukanya, dalam keadaan demikian itu beliau bersabda, “Semoga Allah melaknat orang-orang Yahudi dan Nashrani, mereka telah menjadikan kuburan Nabi-Nabi mereka sebagai tempat peribadatan.”


 

         

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini