Pak Sulistiyo
Nama Sulistiyo menjadi nama yang penting bagi
saya ketika di Malang dahulu. Bapak Sulistiyo adalah jamaah Masjid Al Falah
Jakarta, tepatnya di Jl. Malaka Munjul, Cipayung, Jakarta Timur. Kita adalah
sama-sama jama’ah di masjid yang sama. Waktu itu, saya sering shalat di Masjid
Al-Falah ini. Biasanya ketika dzuhur dan ashar, saya berangkat ke masjid;
ditangan saya ada sabun untuk mencuci tangan saya yang hitam legam, bekas oli
dan kotoran mesin dan lain sebagainya. Karena ketika itu, kalau saya longgar
saya berada di bengkel saudara saya. Penampilan saya yang demikian, terkadang
menjadi bahan perhatian orang lain kepada saya.
Waktu yang lain, misal magrib, isya, atau
subuh; saya sering menjadi Imam atas dasar permintaan pengurus masjid. Tentu
hal ini menambah penasaran orang-orang sekitar, kepada saya. Pikiran mereka
penuh dengan tanda tanya “siapa orang ini sebenarnya?”. Akhirnya,
perlahan-lahan warga bertanya dan mengetahui tentang saya, tidak terkecuali Pak
Sulistiyo. Waktu itu Pak Sulistiyo bertanya langsung kepada saya, tentang saya
sebenarnya dan pekerjaan apa yang sedang saya lakukan dan apa langkah saya
selanjutnya. Saya ceritakan tentang keberadan saya, tujuan dan rencana saya ke
depan.
Mendengar cerita saya, Pak Sulistiyo
sepertinya memahami tentang kondisi saya dan beliau berniat akan membantu saya.
Akhirnya komunikasi berlanjut; Pak Sulistiyo menceritakan dan mengenalkan
dirinya bahwa beliau adalah orang Malang dan mempunyai relasi bisnis di sana.
Dari penjelasan Pak Sulistiyo itu saya mendapat sedikit gambaran tentang
Malang. Saya banyak bertanya kala itu, tentang peluang-peluang usaha disana.
Akhirnya saya ditawari oleh Pak Sulistiyo untuk bekerja di PT yang bergerak di
bidang perumahan. Saya tertarik dan menyatakan bersedia. Mendengar jawaban
saya, Pak Sulistiyo menelpon temannya di Malang, dan alhamdulillah temannya
juga menyambut baik apa yang disampaikan oleh Pak Sulistiyo. Akhirnya saya
berangkat ke Malang dan menuju ke rumah pemilik perusahaan tersebut. Itulah
perjalanan saya awalnya bisa kuliah ke Malang.
Waktu berangkat ke Malang, waktu itu
menggunakan kereta Api Mataremaja; ada sedikit cerita di kereta itu. Saya duduk
dan berhadap-hadapan dengan penumpang yang hendak menuju Malang juga, saya
ditanya waktu itu “ke Malang mau ke mana mas?” saya jawab “saya tidak tahu”,
karena alamat tujuan waktu di kereta itu belum saya dapatkan, karena saya di
jemput itu yang saya ingat. “kamu dari mana mas?” saya bilang “saya dari
sumatra”. “mau ngapain ke Malang?” “mau kuliah” saya jawab. Dia agak khawatir,
dan menawari saya bantuan. Saya akhirnya menyadari, kemudahan yang saya
dapatkan itu semua atas pertolongan Allah subahanahu wata’ala.
Setelah sampai di Malang, saya di jemput dan
dibawa ke rumah tujuan yang telah direkomendasikan oleh Pak Sulistiyo. Sehari
setelah itu saya langsung mengurus persyaratan untuk masuk kuliah di Malang,
karena sudah merasa yakin untuk kuliah. Setelah urusan mendaftar selesai, saya
mulai bekerja di tempat yang telah direkomendasikan oleh Pak Sulistiyo. Dari
pengalaman itu dan dengan beberapa pertimbangan, saya akhirnya keluar dari
pekerjaan tersebut dan berkeinginan membuka usaha sendiri.
Begitulah keyakinan saya waktu itu, semuanya
seolah ada keyakinan. Sebelum memutuskan membuka usaha sendiri, saya sudah
terlebih dahulu belajar (baik melalui tutorial atau bacaan) tentang beberapa
usaha-usaha yang layak di tawarkan di sudut-sudut kota Malang. Saya sudah mulai
mempersiapkan semuanya termasuk tempat dan peralatan yang diperlukan; waktu
mempersiapkan itu saya sudah memahami bahwa langkah yang saya ambil ini sangat
berat karena harus menyesuaikan dengan jadwal kuliah, dan usaha tentu tidak
bisa langsung baik dan akan pasang surut. Ketika mempersiapkan usaha ini, saya
dan teman ditelpon oleh seorang kenalan di Malang, dan mengajak kami bekerja di
tepatnya. Akhirnya saya putuskan untuk bekerja di tempat itu (sebuah cv), saya bekerja
di tempat itu hingga saya lulus kuliah. Karena
pertimbangan jadwal kuliah akhirnya usaha yang saya niatkan tidak jadi saya
tunaikan. Per Januari ini, setahun sudah saya lulus ujian tesis dari Pasca
Sarjana UIN Malang.
Kesimpulan
saya bahwa, kemudahan jalan yang saya tempuh ini adalah berkah dan pertolongan
yang diberikan Allah subahanahu wata’ala kepada saya. Alhamdulillah ala
kulli hal, semoga kita semua mendapat hikmah dan pelajaran.
Komentar
Posting Komentar