Mengajari anak dengan berkisah

Para ibu yang di muliakan oleh para suami, sering-sering lah bercerita kepada anak tentang kisah-kisah teladan. Kenapa mesti sering-sering bercerita? Karena bercerita tentang kisah-kisah teladan menjadi memoar di kepala anak untuk menjadi anak yang baik; karena berkisah itu cara menasehati anak, menasehatinya dengan asyik; karena bercerita tentang kisah-kisah teladan itu metode yang baik dalam mendidik anak; karena semua orang suka mendengar cerita; karena bercerita itu meneruskan informasi dari telinganya sehingga tergambar di otaknya; karena Al-Qur’an juga 1/3 nya adalah cerita; karena cerita adalah indah.

 Kisah-kisah teladan yang sangat menarik di ceritakan kepada anak adalah kisah Sahabat Nabi, yaitu; Mus’ab ibn Umair. Siapa itu Mus’ab bin Umair? Apa ada yang sudah pernah mendengar namanya? Saya coba buat deskripsi tentang Mus’ab bin Umair dengan point-point berikut.

1.  Lelaki yang tampan dan rupawan

 Mus’ab ibn Umair adalah salah satu pemuda yang paling tampan dan kaya di Makkah. Salah seorang sahabat pernah mengatakan “Seorang laki-laki, yang aku belum pernah melihat orang semisal dirinya. Seolah-olah dia adalah laki-laki dari kalangan penduduk surga.” Rasulullah juga pernah bersabda “Aku tidak pernah melihat seorang pun di Makkah yang lebih rapi rambutnya, paling bagus pakaiannya, dan paling banyak diberi kenikmatan selain dari Mush’ab bin Umair.” (HR. Hakim).

2.  Pemuda yang Rapi dan Wangi

Imam Ibnu Atsir menggambarkan tentang keadaan Mush’ab bin Umair, “Mush’ab adalah seorang pemuda yang tampan dan rapi penampilannya. Kedua orang tuanya sangat menyayanginya. Ibunya adalah seorang wanita yang kaya, sandalnya adalah sandal Al Hadrami, pakaiannya merupakan pakaian yang terbaik dan dia adalah pemuda Makkah yang paling harum sehingga semerbak wangi parfumnya meninggalkan jejak di sepanjang jalan yang Ia lewati”. (Al Jabiri, 2014: 19)

3.  Duta Pertama Islam

Setelah peristiwa Baiat Aqabah ke 1 pada tahun ke 11 Kenabian, Mush’ab ditugasi Rasulullah sebagai Duta Muslim ke Yastrib untuk mengajarkan Al-Quran dan berbagai pengetahuan lain mengenai Islam kepada penduduk di sana. Berkat kecerdasan, kesabaran dan kebesaran jiwanya, Mush’ab berhasil mengajak sebagian besar masyarakat kota itu untuk memeluk Islam. Itulah sebabnya ia dikenal dengan panggilan Muqri’ul Madinah (Nara sumber Madinah). Sebagai duta pertama atau da’i pertama dalam islam, tentu kalau kita bayangkan sekarang ini betapa mulianya dan banyaknya pahala yang diproleh Mus’ab ibn Umair. Orang-orang yang beramal dari ilmu yang di ajarkan oleh Mush’ab di Madinah begitu banyak, dan turun temurun hingga saat ini. Masya Allah, Mus’ab ibn Umair adalah orang terbaik diantara ummat Nabi Muhammad

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushshilat: 33)

4.  Teladan pemuda masa kini

Beliau adalah pemuda yang sangat tampan, rupawan, wangi, rapi, putih dan nyaman dilihat. Beliau 14 tahun lebih muda dari Nabi Muhammad. Beliau di terangkan oleh ahli ilmu sangat mirip dengan Nabi Muhammad. Setelah mendengar Al-Qur’an pertama kali dari Rasulullah, beliau masuk Islam. Awalnya dia sembunyikan ke Islamannya. Namun ke Islamaannya tetap diketahui oleh ibunya. Sehingga semua fasilitasnya di tahan oleh Ibunya. Maka jadilah Mush’ab menjadi pemuda yang sederahana. Perubahan keadaan ini tidak membuat sahabat Rasulullah ini menjadi rendah diri. Pelajaran yang bisa kita ambil, orang mukmin yang beriman tidak terpengaruh dengan perubahan keadaan yang melilitnya, biasa aja.

5.  Mush’ab pemuda yang hijrah 3 kali

Mush’ab bin Umair dalam mempertahankan agamanya, beliau hijrah 3 kali. Pertama ke Habasyah kemudian hijrah lagi ke Habsyah dan yang ketiga adalah hijrah ke Madinah.  Begitu juga seharusnya pemuda masa kini, berani berkali-kali hijrah dalam mempertahankan keimanannya. Karena pemuda yang tangguh itu adalah, pemuda yang dapat dan mampu mempertahankan prinsipnya, walaupun dengan berkali-kali hijrah.

6.  Syahid di pertempuran uhud

Ketika perang uhud, Mush’ab bin Umair bertugas memagang bendera/panji Rasulullah. Pasukan muslimin yang diperkirakan awalnya menang oleh para pemanah, akhirnya di serang balik oleh pasukan Quraisy yang dipimpin Khalid bin Walid (sebelum masuk Islam). Pasukan muslimin mengalami keadaan yang gawat, ada kabar Rasulullah juga terbunuh. Karena posisi Mush’ab bin Umair yang memegang bendera, beliau terus mempertahankan posisinya untuk menjaga barisan kaum muslimin.  Mush’ab bertarung dengan gagah berani. Hingga Ibnu Qaimah, salah seorang pasukan berkuda menyerangnya dan menebas tangan kanannya. Tangan itu jatuh ke tanah berdarah-darah, tetapi Mush’ab seperti tak merasa kesakitan. Ucapannya menggambarkan ingatannya akan nasib Rasulullah. Ia tidak mengaduh tetapi membaca ayat 144 dari surat Ali Imran.

“Tidaklah Muhammad melainkan seorang utusan sebagaimana utusan-utusan sebelumnya. Apakah jika Ia meninggal dunia atau terbunuh, kalian akan kembali ke belakang?”

Musha’b mengambil bendera dengan tangan kirinya, mengibarkannya tetap meninggi. Namun kemudian musuh menebas tangan kirinya. Ia kembali mengulang ayat itu, sembari membungkuk berupaya menahan bendera dengan kedua pangkal lengannya. Pasukan berkuda itu lantas menyerangnya lagi dengan tombak menghunjamkannya ke dada Mush’ab. Maka jatuhlah duta Islam yang tampan itu. Ia gugur sebagai syuhada’ bendera pun roboh.

Ketika peperangan usai, kafir Quraisy telah pergi, para sahabat memeriksa satu persatu jenazah para syuhada’. Betapa berdukanya Rasulullah dan para sahabat mengetahui Mush’ab telah syahid. Yang membuat pilu, Mush’ab yang dulunya kaya raya lalu meninggalkan kekayaan itu, kini tak memiliki apa pun sebagai kain kafan. Ia hanya mendapatkan kain kafan pendek. Jika ditutupkan ke kepalanya, maka kakinya kelihatan. Jika ditutupkan ke kakinya, kepalanya kelihatan. Rasulullah memerintahkan agar kain itu ditutupkan ke kepala Mush’ab.

Memandang jenazah Mush’ab, dengan mata yang basah Rasulullah membaca firman Allah yang artinya: “Diantara orang-orang mukmin, terdapat orang-orang yang telah menepati janji mereka kepada Allah” (QS. Al Ahzab : 23)

Rasulullah kemudian bersabda kepada jasad Mush’ab, yang mengundang tangis siapapun yang mendengarnya: “Dulu ketika di Makkah, tak seorang pun yang lebih halus pakaiannya dan lebih rapi rambutnya daripada engkau. Tapi sekarang ini, rambutmu kusut, hanya dibalut sehelai burdah.” 

 

Salam rindu untukmu wahai kakak; Mush’ab bin Umair

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini