Berawal dari Karl Marx
Barat ketika Katolik tidak bicara kehidupan
di dunia, Protestan mulai menyoal "mengapa agama tidak menjamin kemakmuran
hidup?". Mereka pun bekerja keras untuk hidup makmur. Hidup makmur tidak
cukup, makmur harus dijamin oleh kapital yang besar dan bertahan lama. Mereka
pun terbukti sukses. Max Weber mencatat, bahwa ternyata di abad ke 16, di
Jerman, kapitalis dan pengusaha besar serta pekerja yang terampil di
perusahaan-perusahaan modern adalah kaum Protestan.
Jadi kapitalis-kapitalis itu hanya ingin
hidup makmur. Tapi makmur ternyata perlu sistim dan kekuasaan yang melibatkan
masyarakat. Dari sini sistim sosial, sistim pasar, sistim pemerintahan pun
berkembang bersama kapitalisme. Singkatnya lahirlah kapitalisme sebagai sistim
ekonomi dan sosial. Tujuan akhirnya kemakmuran.
Kemakmuran gaya kapitalisme bukan tanpa
cacat. Maka pada awal abad ke 19 lahirlah gerakan sosialisme. Robert Owen
(1771-1858) di Inggris dan Saint Simon (1760-1825) di Prancis adalah diantara
perumusnya. Ide dasarnya tetap bagaiman hidup makmur.
Tapi makmur ala sosialis mengutamakan
kebersamaan. Sistim dikontrol dan dicengkeram penguasa. Pribadi dikalahkan oleh
rakyat dan buruh. Sosialisme pun diikuti oleh komunisme. Paham yang dicetuskan
oleh Karl Marx ini memusuhi kapitalisme dan segala sistimnya.
Kapitalis-kapitalis itu dianggap menindas kaum buruh.
Pimpinan Negara adalah borjuis dan kaum buruh
adalah proletar. Keduanya diteorikan sebagai musuh abadi. Jika kapitalis
bersaing dengan sistim pasar bebas, komunis melawan dengan cara apapun. Jika
kapitalis menciptakan persaingan dengan cara kejam, komunis tidak kalah
kejamnya menciptakan konflik dan jika perlu pertumpahan darah untuk mencapai
tujuan.
Jika kapitalis tidak lagi mementing kan
Tuhan, kaum komunis mengingkari adanya Tuhan. Jika kapitalis dengan sis tim
ekonominya menciptakan masya rakat elitis, komunis menciptakan masya rakat
tanpa kelas. Masalahnya, kapitalisme menghasilkan pertumbuhan ekonomi tapi
melupakan pemerataan. Sedangkan komunisme mengobesikan pemerataan tapi tidak
memikirkan partumbuhan.
Kini kapitalisme menguasai sistim ekonomi
Negara-negara Eropah dan bahkan sistim ekonomi dunia. Namun, kesejahteraan dan
kemakmuran yang dibawa sistim ini ternyata hanya dinik mati oleh segelintir
orang. Sistim eko nomi kapitalis ternyata berdampak buruk pada tata
sosial-politik. Persaingan pasar berdampak pada persaingan politik dan
persaingan politik-ekonomi berujung pada pertumpahan darah pula.
Sedangkan komunisme sebagai sistim social
ekonomi, belum memberi kan apa-apa kepada rakyat yang diperjuangkannya. Obsesi
untuk bisa makmur bersama gagal. Hampir semua Negara komunis adalah miskin
(proletar), sedang kan para pemimpinnya ternyata tidak beda dari
borjuis-borjuis kapitalis.
Cita-cita ideologi komunis adalah membela
rakyat kecil. Tapi di negerinegeri yang rakyatnya telah makmur, komunis
kehilangan misinya. Dalam kondisi seperti ini perjuangan komunis bukan lagi
membela rakyat lemah, tapi menghancurkan kapitalisme.
Menghancurkan kapitalisme tidak perlu
menunggu hingga ia matang, kata Lenin, tapi setiap ada kesempatan kaum buruh
harus merebut kekuasaan. Perebutan kekuasaan ujung-ujungnya adalah pertumpahan
darah. Kapitalisme dan komunisme sama-sama anyir berbau darah.
Diakui atau tidak kapitalisme telah terbukti
membawa kemakmuran materi lebih baik dari komunisme. Namun, ia telah gagal
membawa sistim sosial-po litik yang membawa ketenangan jiwa dan kedamaian
ruhani. Dengan kapitalisme dunia semakin tidak aman dan damai.
Jika komunisme ingin menggantikan peran
kapitalisme dalam memakmurkan rakyat, maka komunisme akan mengganti kemakmuran
dengan pemerataan. Pemerataan tidak akan menghasilkan kemakmuran. Jika
komunisme tidak mampu memberi kesejahteraan dan kemakmuran material kepada
rakyat du nia, bagaimana mungkin dengan atheismenya ia akan menjanjikan
ketenangan jiwa dan kedamaian ruhani.
Di banyak negeri Islam, para tokohnya
mengagumi sosialisme. Mereka berteriak seperti menemukan sesuatu "Islam
adalah kiri". "Nabi adalah pelindung orang lemah", Nabi adalah
pelindung anak yatim (sosial) alias orang miskin dan ia akan bersama mereka di
sorga. Masih banyak lagi dalih untuk justifikasi kiri Islam.
Tapi orang lupa bahwa Islam bisa berbau
kapitalis. Saudagar kaya (kapi talis) yang jujur, misalnya, akan berada di
surga bersama para nabi dan syuhada. Nabi pun menyukai Muslim yang kaya dan
kuat. Orang akan lengkap rukun Islamnya jika ia kaya dan mampu membayar
zakatnya.
Masyarakat dunia kini sedang meng alamai
kekeringan nilai, kehausan spiritual, dan kekosongan moral. Sistim apapun untuk
mengatur kesejahteraan material, baik kapitalisme maupun komunisme, tidak akan
menyelesaikan nestapa manusia modern. Dunia mulai menyadari ketidak mampuan
kapitalis dan kegagalan komunis. Tapi mengapa Muslim dengan secara cerdas tidak
segera menjadikan Islam sebagai alternatif dari dua sistim yang gagal itu.
Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi
Komentar
Posting Komentar