Abdurrahman Atthoriq Akan Menjadi Nama Anak Itu

Hari Rabu pada akhir Desember tahun 2014 ketika PPL, adalah hari yang dikenang. Pagi-pagi saya duduk di kursi di sudut meja guru. Hari itu bukan hari untuk mengajar. Untuk mengisi waktu saya bergegas membuka buku catatan dan mencari informasi-informasi terbaru melalui internet di notebook yang saya buka sebelumnya.

Ketika sedang browsing “Soleh ada ngajar hari ini”? terdengar Ibu Ira bertanya kepadaku. “Gak ada buk” imbasku menjawab. “Bisa ke ulakan?” pertanyaan kedua Ibu itu terdengar. “Bisa bu” saya menjawab lagi. “Sekalian saya ketemu si Adi disana” bisik ku dalam hati.  Terlihat Ibu itu bergegas mempersiapkan apa-apa yang perlu saya bawa kesana. Saya juga segera menutup catatan dan notebook yang ada di mejaku.

Di dalam perjalanan, tak jauh dari pasar yang ada ditempat itu, kenderaan terlihat banyak dan beriringan. Ketika itu saya merasakan perasaan yang kurang baik. Setelah melintas rel yang melintas di badan jalan, ada beberapa sepeda motor kurang lebih 2 meter tepat di depanku. Setelah beberapa lama, terdengar suara yang sangat keras, “dooaaar.........”. Ternyata motor yang saya bawa telah menabrak sepeda motor yang berada di depanku, yang hendak berbelok ke arah kanan; dia membelok dengan mendadak, sehingga saya tidak dapat menghindar dari kecelakaan itu.

Saya terkapar, dan ada empat perempuan yang merintih, menangis yang tergelak di pinggiran jalan, di atas selokan air. Mereka menangis dan merintih kesakitan. Satu diantaranya sedang hamil, dan astagfirullah; hamilnya sudah sangat besar. Sontak warga berdatangan dan membawa kami kerumah sakit.

Setelah pengobatan dan pertengkaran yang sangat alot, akhirnya dapat kesepakatan damai dengan pihak korban. Setelah kejadian itu, saya terpaksa istirahat karena kejadian itu. Setelah 3 hari berikutnya saya masuk ke-sekolah; Ibu yang sedang hamil itu sudah melahirkan. Itulah kabar pertama yang saya dapatkan setelah sampai di sekolah. Saya gak tau waktu tepat lahirnya setelah kecelakaan tersebut, apakah sehari setelah itu, atau dua hari setelah itu saya kurang dapat info.

“Keponakanmu sudah lahir Shaleh, mungkin gara-gara tabrakan itu Ibunya segera melahirkan, kira-kira kamu kasih nama siapa?”, guru-guru mengejekku. Saya kaget dan terkejut mendengar kabar tersebut. “Abdurrahman At-Thoriq saja namanya bu”, saya mencoba mengimbangi gurauan majelis guru dengan berpura-pura tidak ada rasa takut dan khawatir. “Apa artinya?” salah seorang guru bertanya. “Hamba yang dikasihi di jalan” saya mencoba mengarang jawaban. Saya gak tau artinya benar atau tidak di kala itu, namun kulihat guru-guru tertawa mendengar jawabanku.

Atas pertolongan Allah waktu itu, saya tidak mengalami luka serius, hanya sedikit lecet. Begitu juga dengan korban, tidak ada luka yang berarti dan alhamdulillah segera melahirkan. Lagi-lagi alhamdulillah saya di lindungi oleh Allah, dari amukan masa dan dari bahaya kecelakaan tersebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini