Psikologi Komunikasi
Tulisan ini adalah kesimpulan kecil dari
penelitian sederhana saya tentang komunikasi dan dampak komunikasi yang kurang
tepat terhadap interaksi antarsesama mahasiswa, pegawai, karyawan atau pun yang
lain selama di Jakarta. Semoga tulisan yang singkat ini di ridhai Allah dan
menjadi kebaikan bagi penulis.
Psikologi komunikasi dalam tulisan ini
diterangkan point problem komunikasi yang terjadi di kalangan mahasiswa,
pegawai, karyawan dan diberikan solusi. Jika saudara-saudara pembaca berkenan,
boleh diberikan masukan.
1. Komunikasi
sering menjadi awal problem pegawai/karyawan
Komunikasi sering sekali menjadi awal
problem, terutama di dunia kerja. Kondisi ini dipengaruhi dua sisi mata koin; satu
sisi rasa mawas diri dari gangguan orang lain dan disisi lain ingin tampil
superior sehingga merendah orang lain ketika berkomunikasi. Kedua sisi ini
menjadi titik sikap yang bertolak belakang, kenapa? Kondisi seperti dua mata
koin; kita ingin orang berkata-kata lemah lembut kepada kita, sedangkan disisi
lain kita ingin tampil superior sehingga ujaran-ujaran kita menggambarkan
ke-superior-an. Ujaran-ujaran yang menggambarkan ke-superior-an itu menjadi
stimulus bagi pendengar untuk berkata dan berujar yang superior juga. Sehingga
pembicara dan pendengar akan timbal balik berkomunikasi saling mengangkat
gengsi pribadi dan akhirnya menjadi masalah.
Untuk itu, penulis menawarkan solusi; jika
anda di sebuah perusahaan atau lembaga, posisi anda adalah bawahan, berusahalah
untuk tidak baper jika sedang berkomunikasi dengan atasan, dan terus
berkomunikasi dengan baik dan bijak. Selain itu, berusahalah memahami posisi seorang
atasan yang penuh dengan problem dan tekanan. Posisi dengan penuh problem dan
tekanan itu menjadi sebab pimpinan berkata dan berujar demikian. Jangan
berasumsi bahwa ujarannya adalah bentuk kepribadiannya.
Karena asumsi seperti itu akan mendorong anda
membenarkan bahwa pimpinan anda adalah pimpinan yang kurang baik dan lain
sebagainya. Semua manusia berujar tidak pada ruang kosong, dan ujaran itu
dipengaruhi oleh lingkungan. Dengan memahami kondisi ini, anda akan semakin
mudah dan tenang menanggapi instruksi-instruksi yang ada.
Bagi anda seorang pimpinan, untuk mengatasi
masalah seperti di atas dan menghindari timbulnya asumsi seperti yang saya
sampaikan di atas, berusaha lah untuk berkomunikasi dan memberi instruksi
kepada bawahan dengan baik dan memberikan pengertian. Buatlah SOP sedetail
mungkin dan peraturan lain yang akan membentuk sistem kinerja yang lebih baik.
Berpegang dengan SOP dan peraturan secara
konsisten akan mendukung suasana lebih baik. Selain itu, bisa diterapkan move
place imajination yang pernah saya tulis
sebelumnya. Berimajinasi; ketika anda sebagai pimpinan coba
bayangkan bahwa anda sebagai bawahan, dan sebagai bawahan anda pasti bisa
membayangkan instruksi seperti apa yang di inginkan bawahan. Ketika
anda sebagai bawahan, coba bayangkan kalau anda yang menjadi pimpinan, anda
akan memahami respon apa seharusnya yang diingikan pimpinan sehingga anda bisa
merespon pimpinan anda dengan baik. Imajinasi ini akan membantu anda
menyelesaikan masalah dengan baik.
2. Adanya candaan
yang berlebihan
Terkadang masalah komunikasi itu bisa muncul
karena candaan yang berlebihan. Jika problem itu muncul karena
komunikasi dengan candaan yang berlebihan, maka anda harus mengurangi interaksi
yang demikian, dan berusahalah bercanda yang lumrah tanpa iseng dan bully-an.
Selain itu tetaplah fokus dengan jobdes sendiri dan menggunakan waktu dengan
tepat. Jika sedang bekerja, maka bekerjalah, jika sedang istirahat,
istirahatlah dan berinteraksilah dengan yang lain. Karena jika anda menggunakan
waktu dengan tidak tepat, contoh anda bercanda ketika jam kerja, maka terkadang
bisa mengganggu yang lain.
3. Persepsi yang
sering berbeda dan ditafsirkan berbeda, sering disalah dipahami, dan menjadi
awal problem komunikasi.
Di dalam dunia komunikasi, sering terjadi
masalah karena perbedaan persepsi. Persepsi ini kemudian ditafsirkan dan
diambil kesimpulan sendiri. Layaknya penulis juga pernah melakukan demikian,
sehingga dinasehati oleh seseorang dan menjadi pelajaran besar bagi
penulis. Untuk mengatasi masalah ini, saya ambil kesimpulan untuk
berbicara obyektif dan apa adanya tanpa diksi yang penuh dengan penafsiran.
Masalah ini sebenarnya lebih sering muncul
antara lelaki dan perempuan atau suami istri, kenapa? Karena perempuan/istri
itu berbicara untuk dimengerti, dan lelaki dituntut untuk mencari tahu dan
berpikir. Untuk itu kalau bisa, jika sudah berkeluarga, cobalah untuk
berkomunikasi dengan berterus terang, contoh: “bang mana uang, garam habis, mau
beli garam…!” seperti itu. Dari pada anda mengatakan, “kok masakannya kurang
garam ya bang…!” ketika makan dengan suami. Sebagai lelaki biasanya dia akan
menjawab, “ditambahkan garamnya dong”. Coba bayangkan apa reaksi anda…?.
Begitulah adanya. Namun sebelum berkeluarga, komunikasi seperti ini menjadi
tantangan bagi siapapun. Semuanya yang terjadi akan menjadi ilmu bagi anda,
saya dan kita semua dengan syarat berusahalah memandang obyektif dan positif
dan merenungkan yang terjadi.
4. Pembicaraan
yang sering diisi dengan membicarakan orang lain
Masalah komunikasi berikutnya bisa disebabkan
karena adanya pembicaraan tentang orang lain di dalamnya. Ketika berbicara dan
mengisi/menyebut nama orang lain dan kejelakannya di dalamnya, maka akan
menjadi energi negatif yang akan terus bertambah, jika anda membenarkan hal
tersebut. Saya berikan contoh ; “ Wah …! Bapak X itu sombong dan ngerocos
terus” seseorang mengadu pada anda. Ketika mendengar itu anda menjaawab “iya
benar, saya juga merasakan demikian”. Maka akumulasi dua pernyataan ini akan
membentuk jaringan sel otak yang menyatakan “Bapak X sombong dan ngerocos
terus” benar adanya. Pembenaran ini membentuk pikiran anda bahwa “Bapak X
sombong dan ngerocos” otomotis menjadi pembenaran. Maka, ketika anda bertemu
dan berkomunikasi dengan Bapak X, pikiran anda akan dipenuhi informasi bahwa
“ini orang sombong banget dan ngerocos”, sehingga anda merespon pembicaraanya
dengan tidak baik, walaupun dia dalam keadaan baik.
Saya berikan solusi, jika seseorang mengadu
kepada anda dan membicarakan kejelekan seseorang yang belum jelas bagi anda
ataupun sudah jelas bagi anda, cobalah untuk mengatakan, “ah enggak, dia tidak
seperti itu, jangan ngomong seperti itu” maka kalimat negatif ini akan di
imbangi dengan kalimat positif = -1+ (+1) maka hasilnya 0, maka pikiran anda
dan pikiran dia akan cenderung netral karena di imbangi dengan informasi yang
seiimbang, begitulah adanya. Namun, jika membicarakan kejelekan
orang lain untuk dicarikan solusi, maka berusahalah untuk berbicara se-obyektif
mungkin dan berorientasi solusi.
5. Problem
komunikasi sering ditindak lanjuti, sehingga menjadi rentetan panjang yang
menjadikan intraksi merenggang dan semakin sensitif.
Problem komunikasi itu juga berlanjut karena
ada pihak yang membawa perasaan dengan berlebihan dan diiringi dengan menyambungkan
dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya. Membawa perasaan dan menyambungkan
dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dalam merespon berkomunikasi dengan rekan
akan semakin berat dan susah untuk mengatasi masalah komunikasi yang sudah ada.
Ini akan berbuntut panjang. Untuk itu berusahalah tegar dengan komunikasi yang
ada, dan berpijak pada kebenaran dan kemaslahatan. Pelajari latar belakang
seseorang, ini akan membantu anda bisa memahaminya ketika berkomunikasi.
6. Berkata dan
berkomunikasi lemah lembut bisa dianggap jadi kekurangan.
persepsi ini terbangun karena kondisi sekitar
yang tidak cendrung berlemah lembut. Sehingga setiap pegawai dan karyawan
menyesuaikan diri dengan cara berkomunikasi yang sudah ada. Masalah nomor 6 ini
juga menjadi salah satu sebab problem komunikasi yang sangat sering terjadi,
kenapa? Menghadapi orang yang berkata lemah lembut, cendrung kita lebih tidak
berhati-hati kepadanya dan lebih sering menaruh atau menyuruhnya untuk
melakukan sesuatu dibanding dengan orang yang agak strength ketika
berkomunikasi. Maka persepsi ini harus diubah dan dihindari, karena orang yang
berkata lemah lembut itu perlu respond dan penghargaan yang lebih baik dari
pada yang lain. Respon dan penghargaan ini, bisa menjadi dasar awal budaya
berkomunikasi dengan lemah lembut. Jangan dibalik, anda lebih respon dan
memberikan penghargaan kepada orang yang lebih strength ketika
berbicara, ini akan menstimulus yang lain untuk berbicara dengan strength juga.
Selain itu, mencobalah menjadi lebih adil, yaitu memberikan porsi tugas dan
instruksi yang sama kepada semua bawahan atau semua orang.
Wallahu A’lam
Tulisan ini, penulis tulis dalam semangat mencari
solusi ...
Semoga suatu saat tulisan ini bisa lebih rinci dan
dengan persepsi dan sudut pandang yang lebih banyak lagi, disertakan dengan
ayat-ayat al-Qur’an dan Hadist.
Komentar
Posting Komentar