Teaching Building

Kata yang terumuskan dari inspirasi hari ini adalah membangun pengajaran/teaching building. Kata ini terumuskan dari usaha pengembangan pembelajaran sekolah Islam yang akan dilakukan. Selama ini, ada beberapa sekolah yang terkesan kaku dalam pembelajaran dan kurang kreatif dalam membangun atau menciptakan konstruksi berpikir siswa. Untuk menciptakan pembelajaran yang konstruktif di sekolah-sekolah, maka kami perlu mencari cara yang paling tepat dalam menciptakan suasana belajar. Usaha itulah tercipta kata  teaching building. Kata ini terumus berdasarkan cita-cita kita bersama dalam mengembangkan sekolah Islam yang lebih maju dan profesional.

Hal ini menjadi program yang akan kami usahakan, untuk bisa diterapkan di satu/dua sekolah terlebih dahulu, dan mudah-mudahan bisa diterapkan di sekolah yang lain jika dibutuhkan. Program ini adalah program tindak lanjut supervisi. Supervisi yang dilaksakan tahap pertama, maka data terkumpul dan bisa dipetakan. Data itu menggambarkan guru yang keratif, guru yang pandai memanagemen kelas, guru yang disiplin dalam administrasi, guru yang kompetensi pedagogignya paling unggul, guru yang pembelajarannya konstruktif dan lain-lain.

Maka beberapa komponen yang telah kami sebutkan di atas seperti tiang bangunan yang bisa menjadi kumpulan tiang yang siap di bangun. Kumpulan tiang ini akan kita bangun bersama-sama menjadi istana pendidikan. Bagaimana caranya kumpulan tiang (guru yang keratif, guru yang pandai memanagemen kelas, guru yang disiplin dalam administrasi, guru yang kompetensi pedagogignya paling unggul, guru yang pembelajarannya konstruktif dan lain-lain) ini untuk saling melengkapi. Kita mencoba merencanakan cara sharing supervisi. Yaitu guru-guru dilibatkan dalam mengamati pembelajaran guru yang lain dan ini dilakukan timbal balik. Dari pelibatan guru-guru mengamati pembalajaran, guru memberikan masukan kepada guru yang sedang mengajar berdasarkan tema yang telah kami sediakan. Kemudian guru yang bersangkutan (yang mengikuti supervisi) mencatat inspirasi yang dia dapatkan dari pembelajaran guru yang sedang di amati/supervisi untuk diterapkan dalam pembelajaran yang akan dia lakukan di kelasnya. Program ini akan di rolling hingga semua guru saling memberi masukan dan saling mencatat inspirasi dari guru yang sedang di amati/supervisi.

Terus apakah program ini tidak berlebihan? Kan guru-guru sama2 mengajar dikelas masing-masing? Apa ada waktu untuk mengamati pembelajaran rekan guru yang lain? Kalau problem seperti ini sebenarnya hanya problem teknis dan hanya butuh mengatur jadwal dan waktu guru. Kita berharap program ini bisa maksimal dan bisa di ambil persepsi positifnya sehingga bisa saling membangun kualitas pembelajaran masing-masing dan bisa saling melengkapi.

Satu hal yang perlu kita bangun persepsinya adalah; Rasulullah bersabda

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَسِّرُوا وَلاَ تُعَسِّرُوا وَبَسِّرُواوَلاَتُنَفِّرُوا (اخرجه البخاري في كتاب العلم

Artinya: Dari Anas bin Malik dari Nabi shallahu alaihi wasallam bersabda ”mudahkanlah dan jangan kamu persulit. Gembirakanlah dan jangan kamu membuat lari”. (HR. Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhori)

Hadist ini bisa digunakan juga dalam sistem pendidikan, bahwa sesuatu itu harus diusahakan mudah dan jangan dipandang sulit atau dipersulit. Proses pembelajaran itu juga harus kita usahakan menggembirakan atau menyenangkan agar siswa merasa nyaman dan bersemangat dan tidak lari. Allah juga memberi kemudahan kepada kita dalam perkara-perkara yang disyariatkan dan jangan dipersulit. Namun walaupun seperti itu, bukan berarti kita menyepelekan atau melanggar syariat/muru’ah agama.

 

Wallahu a’lam

 

 




Komentar

Postingan populer dari blog ini