Lailan Thowwiila
Malam itu malam yang panjang, malam yang
membuat mata enggan untuk tertutup hingga fajar. Pikiran terus berputar, hingga
hati juga ikut bergetar. Begitulah terkadang malam yang saya lalui, dan saya
yakin teman-teman juga pernah melalui itu, dan saya sebut malam itu Lailan
Thowwiila (malam yang panjang). Dulu saya membaca buku yang sangat bagus,
karangan Ibrahim El-Fiki, penulis Muslim asal Kanada yang berdarah Mesir. Dia
mengatakan bahwa pikiran itu melampaui kecepatan tak terbatas dan bisa
mengelola informasi yang tak terbatas juga. Pikiran itu bisa sampai ke Balkan,
Anatolia, Green Land hanya dengan sekejap. Begitulah indahnya perjalanan
pikiran yang menemukan ceritanya hanya dalam sekejap melalui benua dan beberapa
Negara. Perjalanan pikiran yang panjang itu telah menemukan hikmahnya. Alhamdulillah, Allah
anugerahkan kepada kita pikiran yang senantiasa berpikir dan bekerja untuk
melakukan sesuatu, yang Allah subahanahu wata’ala tidak berikan kepada
makhluknya yang lain. Atas dasar kesukuran itu kita harus memanfaatkan pikiran
yang Allah berikan itu untuk selalu mencari hikmah hidup yang akhirnya
menjadikan batin kita tentram.
Hidup; ketika melihat seseorang yang bekerja
sebagai seorang pegawai bank, banyak orang yang berkata dalam hati “aduhai
senang nya dia, bekerja sebagai pegawai bank. Kerjanya hanya duduk saja ngitung
uang, dan uangnya banyak”. Ternyata di balik itu, dia (pegawai bank) sangat
mengagumi seorang petani dan berkata dalam hati “Masya Allah...! tenangnya
hidup Ibu ini, dia hanya seorang petani dan memunyai anak-anak yang
soleh-soleha, seolah-olah dia tidak ada masalah”. Begitu juga
seorang petani “kalau jadi guru enak yaa, sekarang para guru sudah bisa beli
mobil”. Ternyata seorang guru sering mengeluh kepada istrinya sesampainya di
rumah “luar biasa bandelnya anak-anak sekarang, kalau juga di ingatkan orang
tuanya yang marah”. Seorang direktur tidak sedikit yang mengundurkan diri,
pimpinan perusahaan banyak yang bunuh diri, para pejabat banyak yang tersandung
kasus korupsi hingga stres di balik jeruji besi. Begitulah hidup,
kedepan kita perlu atur ulang ukuran ketenangan dan kenyamanan yang
menghantarkan kita kepada kemuliaan dari Allah subahanahu wata’ala.
Mungkin dua kegiatan kecil ini bisa kita mulai untuk mendapatkan kebahagiaan
dan kenyamanan batin dari Allah subahanahu wata’ala.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱذۡكُرُواْ
ٱللَّهَ ذِكۡرٗا كَثِيرٗا ٤١ وَسَبِّحُوهُ بُكۡرَةٗ وَأَصِيلًا ٤٢
Artinya: Hai orang-orang yang beriman,
berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan
bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. (Q.S. Al-Ahzab:
41-42)
Niscaya Allah subahanahu wata’ala akan
balas keduanya dan menyampaikan pada dua ayat berikutnya yaitu: dengan
memberikan rahmat kepada kita dan mengeluarkan kita dari kegelapan
hati yang membuat kita gelisah dengan semua kegiatan yang kita lakukan, dan
Allah subahanahu wata’ala memberikan penghormatan dan
kemulian.
هُوَ ٱلَّذِي يُصَلِّي عَلَيۡكُمۡ وَمَلَٰٓئِكَتُهُۥ
لِيُخۡرِجَكُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِۚ وَكَانَ بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ
رَحِيمٗا ٤٣ تَحِيَّتُهُمۡ يَوۡمَ يَلۡقَوۡنَهُۥ سَلَٰمٞۚ وَأَعَدَّ لَهُمۡ
أَجۡرٗا كَرِيمٗا ٤٤
Artinya: Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan
malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari
kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada
orang-orang yang beriman. Salam penghormatan kepada mereka (orang-orang mukmin
itu) pada hari mereka menemui-Nya ialah: Salam; dan Dia menyediakan pahala yang
mulia bagi mereka. (Q.S. Al-Ahzab: 43-44)
Komentar
Posting Komentar