PERANG CINTA

Kata “perang” dan “cinta” kayaknya tidak cocok di sandingkan. Perang adalah aktivitas yang menghalalkan kasih sayang menjadi kekejaman, perlindungan menjadi pembunuhan. Sedangkan cinta adalah kebalikan dari itu semua, kasih sayang menjadi ukuran interaksi terhadap sesama. Perlindungan adalah aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang ingin membuktikan cintanya bahkan dengan pengorbanan sekalipun, lalu untuk apa menyatukan dua kata yang berlawanan ini, “perang dan cinta”? tak masuk akal.

Pernahkah kita memperhatikan cicak yang merayap di dinding mencari mangsanya? Kalau kita lihat, mangsanya cicak adalah serangga yang beterbangan. Apakah cicak yang merayap di dinding berburu serangga yang beterbangan masuk akal? Kalau dengan akal sederhana hal tersebut tidak masuk akal. Mungkin kalau kita ibaratkan singa yang berburu seekor kijang yang lebih cepat larinya masih lebih masuk akal karena sama-sama berlari,

Semua itu karena Allah subahanahu wata’ala telah menjamin rezki setiap hambanya “tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).” (QS. Huud Ayat: 6)

Kalaulah rezki setiap hamba sudah dijamin, berarti hakikat tujuan hidup bukanlah mencari rezki. Ada tujuan hidup kita yang harus kita pupuk kembali sesuai dengan keyakinan kita masing-masing.

Lalu dimana letak problem kita sebenarnya, pengamatan saya problemnya adalah ada dalam diri kita sendiri. Kita telah membuat pilihan-pilihan yang kurang tepat bagi diri kita. Kita telah melakukan banyak hal yang merugikan kita sendiri walaupun sementara kita merasakan itu adalah sebuah kebahagian. Yang barang tentu setiap pilihan yang kita pilih mempunyai konsekuensi-konsekuensi kecil yang harus kita hadapi yang sedikit menyesakkan dada.

Apakah problem-problem sederhana itu cukup kuat untuk mengalahkan kita? Bukankah kita semua adalah orang-orang yang kuat? Kenapa hanya problem-problem kecil dapat membuat kita menyerah? Ataukah kita sebenarnya telah kalah sebelum memulai, apakah persepsi kita sudah menyatakan “kami tidak sanggup”.

Mulai sekarang kita harus berperang dengan persepsi kita sendiri, karena segala sesuatu bisa dicapai. Jika persepsi kita menyatakan kita tidak bisa, tidak mampu; perangilah...! kita hanya butuh untuk terus bergerak, kita hanya butuh terus berusaha, kita hanya butuh terus berdoa. “inna fil harokatil barakah”; sesungguhnya dalam gerak itu ada berkah di dalamnya. Perang inilah yang saya sebut dengan PERANG CINTA; memerangi diri sendiri, memerangi persepsi diri yang salah. Melalui peperangan ini, melalui perjuangan ini kita akan mendapatkan kebahagian, dan inilah perang cinta.

Perang Cinta yang senjatanya adalah do’a

Perang yang strateginya adalah terus bergerak dan berusaha

Perang yang musuhnya adalah diri sendiri

Perang yang tidak mengorbankan jiwa

Perang yang akhirnya menjadi bahagia

Perang ini adalah perang cinta

Teruslah bergerak-terus lah berusaha.

Komentar

Postingan populer dari blog ini