PENCAPAIAN YANG TINGGI ATAU DERAJAT YANG TINGGI ?
Dalam perjalanan pendidikan kita; teman kita waktu
SD setelah kuliah ada yang sekolahnya tinggi bahkan hingga keluar negeri,
padahal dulunya dia adalah teman satu kelas yang kemampuannya juga hampir sama
dengan kita. Melihat kemajuan teman kita; kita terkadang berpikir “harusnya
saya juga bisa seperti dia”, namun kenyataan hidup kita jauh dibandingkan
dengannya ketika dipandang dalam kacamata dunia.
Begitu juga ketika jenjang Sekolah Menengah, ada saja teman kita yang melaju lebih cepat dari pada kita, dan kita berpikir hal yang sama; seharusnya kita semua juga bisa seperti mereka yang sudah berprestasi. Tidak jauh berbeda; di Perguruan Tinggi kita juga mempunyai teman yang biasa-biasa saja menurut kita, namun satu, dua tahun kemudian dia berubah dan melaju seolah tidak ada hambatan. Nasib baik itu belum juga mengarah kepada kita, sehingga kita berpikir “kenapa harus orang lain, kenapa harus mereka?”
Teman-teman sekalian, mungkin ada banyak
kebaikan dan usaha yang mereka lakukan, yang tidak kita ketahui sehingga mereka
mendapatkan hal itu. Mungkin saja Allah memberikan anugerah itu sebagai hadiah
kepadanya karena cobaan hidup yang pahit yang dia rasakan selama ini. Apakah
kita tahu pergulatan batin yang selama ini dia rasakan sehingga mendorong
dirinya untuk terus berusaha lebih baik? Apakah kita tahu, mereka teman-teman
kita yang sukses itu berusaha menggapainya seperti usaha yang kita lakukan?
Tentu mereka juga punya sejuta cerita yang “menggetirkan” yang mereka lalui
sehingga mereka sampai pada status saat ini, terus apakah kita sudah berani
mengambil jalan yang “menggetirkan”sama halnya dengan mereka?
Teman-teman sekalian, jika kita belum pada
posisi seperti pencapaian mereka, teruslah memperbaiki diri dan bersyukur
kepada Allah, kita masih diberikan waktu dan kesempatan melihat teman-teman
kita yang sudah banyak menggapai keberhasilan sehingga kita bisa belajar dari
semangat dan perjuangan mereka. Atau mungkin Allah sedang menempatkan kita pada
posisi yang strategis yang belum kita sadari. Karena kita semua punya peran dan
posisi masing-masing. Peran dan posisi itu tidak menjadi ukuran yang
menempatkan kita pada derajat yang terbaik atau belum. Posisi dan peran kita
yang ada saat ini adalah wadah yang bisa kita manfaatkan untuk melakukan yang
terbaik. Yang terbaik itu adalah mereka yang melaksanakan peran mereka dengan
ikhlas dan tulus, bukan posisi dan peran yang diberikan kepadanya.
Teman-teman sekalian, seorang diplomat
internasional bukan lebih baik dibanding dengan seorang guru Sekolah Dasar.
Seorang penulis terkenal bukan lebih baik dari seorang petani. Politisi yang
tersohor bukan lebih baik dari seorang warga desa. Posisi kita masing-masing
mempunyai peranan yang berbeda, dan peranan yang dilakukan dengan tulus ikhlas lah
menjadi yang terbaik.
Komentar
Posting Komentar