Pada kesempatan ini, saya ingin menguraikan
sebua pesan singkat (sms) yang dikirm teman saya, satu kelas waktu di Padang
dulu. Ada beberapa sms teman-teman yang saya tulis karena isinya sangat
menyentuh menurut saya. Mungkin karena konteks pesan singkat itu cocok dengan
kondisi saya. Pesan itu dikirim bulan maret 2012. Pesan ini sangat bagus
menurut saya, makanya saya ingin membagikannya kepada teman-teman sekalian.
Pesan singkat ini sesuai dengan nasehat guru kami di Malang yang di sampaikan
tadi malam, judulnya THE ROYAL KING.
Isi pesan singkat (sms) itu “saudaraku...!
bersyukurlah karena kita tidak memiliki semua yang kita inginkan, jika kita
memiliki semuanya, apalagi yang hendak kita cari. Saudaraku...! Bersyukurlah
saat kita tidak mengetahui sesuatu, karena hal itu memberi kesempatan bagi kita
untuk terus belajar. Saudaraku...! bersyukurlah atas masa-masa sulit yang kita
hadapi, karena selama itulah diri kita bertambah dewasa. Saudaraku...! bersyukurlah
atas keterbatasan yang kita miliki, karena hal itu memberi kesempatan kepada
kita untuk memperbaiki diri.”
Teman-teman sekalian, kalau kita perhatikan
isi dari pesan singkat yang dikirm oleh teman saya ini, sepertinya kita tidak
ada alasan untuk bersedih di dunia ini, semua yang terjadi membawa manfaat
kepada kita. Kalimat yang pertama mengajarkan kepada kita untuk berbahagia dan
bersyukur karena kita tidak memliki semua yang kita inginkan, kalau semua nya
tersedia, lalu lantas kita hidup mencari apalagi?
Saya di Malang, di rumah yang sekarang
kebetulan di amanahkan menjaganya oleh seseorang yang dermawan, (sebelumnya
saya juga tinggal di rumah yang beliau berikan kepada kami bersama teman-teman).
Di rumah yang saya tempati sekarang kami tinggal 15 orang. Di atas kamar saya
ini, di lantai 2 ada mahasiswa yang sudah skripsi. Saya melihat dia keluar
kamar hanya karena ada dua sebab, urusan toilet dan perut.
Dia hanya keluar ketika hendak bersih-bersih +
buang hajat atau hendak beli makan. Saya coba perhatikan dia adalah orang yang
kaya, berduit, apa saja yang dia butuhkan kayaknya dia bisa membelinya.
Berminggu-minggu dan berbulan-bulan dia hanya beraktifitas, dari kamar terus ke
toilet dan warung makan. Ketika hendak membeli sesuatu dia tidak ada halangan
untuk itu, dia mempunyai uang. Namun itulah yang dia lakukan, seperti tidak ada
yang mau hendak di cari, tidak ada yang hendak di gapai. Ketika diberikan segalanya,
terkadang menjadikan seseorang itu seperti tidak punya tujuan hidup lagi.
Bagi kita, ketika kita tidak memiliki
sesuatu, itu menjadikan kita sadar bahwa masih banyak kita cari sehingga
menjadikan kita manusia yang terus aktif. Setelah saya berkunjung kebeberapa
daerah, selalu saya temukan anak seorang yang kaya raya yang hidupnya
“aur-auran” karena seolah-olah memiliki semuanya, menjadikannya tidak sadar
akan fungsi hidupnya, dia hanya menghabiskan harta orang tuanya hingga hidupnya
seperti tidak punya tujuan. Sebagai seorang yang selalu “mencari”, membuat kita
sadar bahwa ketika kita memiliki tidak membuat kita lalai, ketika kita tidak
memiliki membuat kita tidak rendah diri hingga terus termotivasi untuk bergerak
lebih banyak lagi, alangkah indahnya....!
Pada kalimat kedua dari pesan singkat yang
saya terima waktu itu “Bersyukurlah saat kita tidak mengetahui sesuatu, karena
hal itu memberi kesempatan bagi kita untuk terus belajar”. Sebelumnya
ketidak-tahuan kadang-kadang membuat saya malu, namun dengan kalimat ini
membuat saya lebih termotivasi lagi untuk terus belajar dan belajar, karena
ketidak tahuan kita menjadikan posisi kita untuk teruus belajar, terus apakah
dengan kondisi seperti itu menjadikan kita malu karena ketidak-tahuan kita?
Saya rasa itu harus kita hilangkan dan kita ubah bahwa ketidak tahuan kita
adalah tuntutan bagi kita untuk terus belajar dan memperbaiki diri.
Kalimat selanjutnya “Saudaraku...!
bersyukurlah atas masa-masa sulit yang kita hadapi, karena selama itulah diri
kita bertambah dewasa”. Mungkin sebagian orang mendengar ini adalah
pernyataan “manis belaka” yang hanya terdiri dari susunan
kata-kata yang indah. Tapi wahai saudaraku, rasakanlah prosesnya, laluilah
kesulitan itu dengan ikhlas, dan berusaha sebaik mungkin untuk selalu belajar
dari tekanan yang kita hadapi, suatu saat engkau akan bersyukur dengan
kesulitan yang telah menimpamu, karena kondisi itu menjadikan kita manusia yang
tangguh tanpa mengeluh.
Saya masih ingat dulu ketika di Padang,
senior-senior saya sering saya dengar mengatakan “wahai masalah datanglah”.
Kalimat ini seperti kalimat bodoh, namun waktu telah menunjukkan kepada saya
bahwa kalimat itu adalah kalimat yang keluar dari pada orang-orang yang tangguh
yang hidupnya penuh dengan perjuangan dan optimisme. Senior saya itu
menjelaskan bahwa hidup ini terdiri dari rangkaian masalah yang datang
terus-menerus, ketika kita menghindar dari masalah maka sungguh masalah lain
yang sepadan bahkan lebih besar akan datang. Maka keluarlah kalimat “wahai
masalah datanglah”, kalimat ini adalah pernyataan yang menegaskan bahwa masalah
yang akan datang akan kita hadapi dengan tegar, dan masalah lah yang menjadikan
kita kuat dan tegar.
“Saudaraku...! bersykurlah atas keterbatasan
yang kita miliki, karena hal itu memberi kesempatan kepada kita untuk
memperbaiki diri”. Saudara ku sekalian, keterbatasan yang kita miliki juga
sebenarnya adalah kesemapatan bagi kita untuk terus memperbaiki diri,
keterbatasan yang kita miliki menjadikan kita terus bekerja keras lagi untuk
terus memperbaiki diri dari segala sisi. Ketika kita menempatkan
masalah-masalah hidup kita seperti di atas, maka saya yakin kita akan menjadi
orang-orang yang hidupnya penuh sahaja dan bahagia. Ketika kita sudah bahagia
dan menempatkan segalanya sebagai peluang, seolah-olah kita hidup lebih bahagia
dari pada seorang Raja.
Begitu juga pesan yang disampaikan oleh “guru
kami” tadi malam: hidup ini bahagia; ketika tidak ada kenderaan kita jalan,
sapa orang-orang di kiri kanan jalan, yang selama ini tidak bisa kita lakukan
ketika berkendaraan, bahagia kan. ?
Komentar
Posting Komentar