Badan atau bagian organ tubuh yang sudah mati
disayat, ditusuk tidak akan terasa dan badan tidak akan berontak. Begitulah
fisik seseorang, semakin sehat fisiknya maka akan semakin sensitif dengan
gangguan dan rangsangan. Begitu juga halnya seseorang yang memiliki pemikiran
dan perasaan yang sehat, dia akan lebih sensitif akan lisan dan perbuatan orang
lain. Tidak jauh berbeda dengan Iman, semakin kuat dan semakin tinggi keimanan
seseorang, maka hatinya lebih mudah menolak dan menentang perbuatan dosa.
Pergaulan akan menunjukkan contoh yang jelas
mengenai hal ini. Pemuda yang buruk akan enggan berteman dengan remaja masjid
yang soleh. Begitu juga dengan seorang ustadz akan enggan berteman dengan para
pezina dan pemabok. Di dunia pemerintahan dan politik, hal ini juga akan
terjadi; politisi yang korupsi akan bergaul bersama dengan personal yang
menyukai korupsi. Sejatinya itulah Iman, Iman memisahkan seseorang dari
gerombolan, menuju kelompok yang lebih baik. Realitasnya, kedua kolompok ini
akan saling mempengaruhi, mereka yang lebih kuat bertahan dan paling tangguh
yang akan menjadi tauladan.
Realitas hidup yang seperti ini akan
menimbulkan gesekan di dalam masyarakat. Untuk menghindari gesekan ini,
pemerintah hadir diantara keduanya sebagai yang melaksanakan hukum. Ketetapan
hukum yang diambil menjadi pengamanan antara keduanya. Namun hukum tidak semua
dapat menyentuh sisi sosial masyarakat. Apalagi masalah yang terkait dengan
hati dan ucapan yang tidak menyentuh ranah hukum pidana.
Maka sering terjadi gejolak di dalam
bersaudara, berteman, bertetangga dan interaksi lainnya di masyarakat. Hal ini
disebabkan metode yang digunakan dalam menilai orang lain. Metode yang salah
yang digunakan dalam menilai orang lain biasanya disebabkan karena kondisi hati
dan pikiran kita yang kurang muthmainnah.
Untuk menjawab ini, perlu dan sangat penting
membahas ini dengan pendekatan psikologi, terutama psikologi Islam. karena
kata muthmainnah adalah kata yang sangat penting di dalam
psikologi Islam. Syukur, qana’ah, sabar adalah diantara 3 amalan
hati yang dapat membuat hati dan pikiran seseorang menjadi tenang (muthmainnah).
Ketiga amalan hati ini akan sangat mempengaruhi cara berbicara, mimik wajah,
respon seseorang terhadap orang lain.
Selain ketiga amalan hati ini; di dalam Islam
juga dikenal dengan ibadah hati yang akan mempengaruhi kondisi kejiwaan
seperti: ikhlas, tawakkal. Selain itu, ada juga muamalah hati
yang juga sangat berpengaruh terhadap pribadinya seperti; cinta dan kasih
sayang.
“Istriku, saya berangkat dulu ya” seorang
bapak meninggalkan kata-kata kepada istrinya sambil mencium keningnya. Istrinya
hanya senyum dan memegang tangan suaminya, tidak melepaskannya hingga langkah
suaminya yang menjadi pemisah tangannya dengan suaminya. Sesampainya di
ruang meeting, dengan agenda presentasi kepada perusahaan makro dari
Turki, sang suami nampak sumringah dalam presentasi. Para pimpinan
perusahaan makro itu juga memahami pemaparannya. Selanjutnya
tibalah presenter kedua, yang melakukan presentasi, dengan muka yang menyimpan
amarah, karena sebelum berangkat terjadi pertengkaran dengan istrinya di rumah,
entah apa sebab. Pemaparannya juga dipahami oleh pihak perusahaan makro,
namun presenter kedua menunjukkan mimik wajah yang kurang baik menjadi alasan
pihak perusahaan tidak menerimanya dan hanya menerima presenter pertama.
Kejadian seperti ini biasa terjadi pada kasus
yang lain-lain juga. Pada dimensi ibadah, sosial masyarakat, amalan hati yang
telah kita sebutkan di atas sangat menentukan proses perbuatan badan. Teruslah
jaga Syukur, qana’ah, sabar, ikhlas, tawakkal, cinta, kasih
sayang dan yang lain. Karena semua ini akan mempengaruhi metode atau cara kita
dalam merespon orang lain.
Komentar
Posting Komentar