Biasanya orang memiliki idealisme akan selalu
berpikir sistematis tentang apa yang akan dia lakukan. Dalam hidup dan
beragama, seorang mukmin yang baik akan menjadikan Al-Qur’an sebagai dasar
ideologinya. Realita yang terjadi yang tidak sesuai dengan Al-Qur’an akan
memancing qalbunya untuk berkata. Berkata dan menyatakan bahwa Al-Qur’an telah
menjelaskan “harusnya perkara itu ditanggapinya seperti ini, karena Al-Qur’an
menjelaskannya seperti ini”. Karena begitulah ayat Al-Qur’an menyatakan dalam
ayat kedua surah kedua
ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ لَا
رَيۡبَۛ فِيهِۛ هُدٗى لِّلۡمُتَّقِينَ ٢
Artinya: Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan
padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.
Begitulah Allah subahanahu wata’ala
ingin menegaskan bahwa Al-Qur’an harus menjadi pemimpin bagi orang yang
beriman, sehingga Allah subahanahu wata’ala menyatakan di awal bahwa Al-Qur’an
itu tidak ada keraguan padanya. Sekarang ini, realitanya orang-orang islam itu
sendiri banyak yang meragukan Al-Qur’an. Keraguan nya bukan tentang Al-Qur’an
itu adalah kitab dari Allah subahanahu wata’ala, tetapi banyak orang
islam yang ragu menerapkan ajaran Al-Qur’an. Maka sesungguhnya hanya
orang-orang yang “takut” yang menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk; “petunjuk
bagi mereka yang bertakwa”.
Ketika bersedih, adakah orang yang bertanya
dalam hatinya “bagaimana ya ayat Al-Qur’an menerangkan tentang orang-orang yang
bersedih?”. Mungkin sejak saat ini, hal itu harus kita mulai, ayat Al-Qur’an
menyatakan.
وَلَا تَهِنُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَنتُمُ
ٱلۡأَعۡلَوۡنَ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ ١٣٩
Artinya: Janganlah kamu bersikap lemah, dan
janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling
tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.
Ketika nasib kita sedang tidak baik, adakah
kita mengutuk diri kita, orang tua, orang lain? Siapakah yang menjadi sasaran
kekesalan kita? Ketika kita ingin menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman bagi
kita, segera kita melihat Al-Qur’an; maka Allah subahanahu wata’ala
berfirman
إِن يَمۡسَسۡكُمۡ قَرۡحٞ
فَقَدۡ مَسَّ ٱلۡقَوۡمَ قَرۡحٞ مِّثۡلُهُۥۚ وَتِلۡكَ ٱلۡأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا
بَيۡنَ ٱلنَّاسِ وَلِيَعۡلَمَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَيَتَّخِذَ مِنكُمۡ
شُهَدَآءَۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلظَّٰلِمِينَ ١٤٠ وَلِيُمَحِّصَ ٱللَّهُ
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَيَمۡحَقَ ٱلۡكَٰفِرِينَ ١٤١
Artinya: Jika kamu mendapat luka, maka
sesungguhnya kaum (kafir) itupun mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan
dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat
pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan
orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada´.
Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. Dan agar Allah membersihkan
orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang
kafir.
Sejatinya, Al-Qur’an menjawab problem hidup
kita, perlu kiranya kita mengahayatinya lebih baik.
Wallahu a’lam
Komentar
Posting Komentar