Salah satu tetangga kami yang sangat perhatian dengan masalah agama Pak Saruddin Lubis bercerita, “ketika masih muda dulu, saya belajar tafsir dengan ompungmu” begitulah dia mengatakan kepada saya ketika menceritakan tentang masa mudanya ketika belajar dengan Jasampe dahulu. Jasampe adalah seorang sepuh yang mengajari anak-anak dan pemuda belajar tentang Al-Qur’an. Bahkan Jasampe menjelaskan makna ayat yang dibaca, begitulah alasan orang mengatakan, bahwa Jasampe sebaga guru tafsir walaupun hanya sekedar menjelaskan ayat yang dia baca sesuai dengan pemahamannya. Kemampuannya mengajarkan Al-Qur’an turun kepada salah satu anaknya, yaitu Ahmad. 

            Salah satu anaknya bercerita, ketika dia (Jasampe) masih hidup, terkadang mirip dengan Buya Hamka ketika memakai jubah putihnya. Seandainya dia masih hidup, saya ingin meminta nasehat kepadanya. Nasehatnya yang membangun jiwa.

            Waktu berlalu, rupa tak mungkin lagi berjumpa. Ketika saya membuka Al-Qur’an, mata saya tertuju pada surah al-Baqarah 128

رَبَّنَا وَٱجۡعَلۡنَا مُسۡلِمَيۡنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَآ أُمَّةٗ مُّسۡلِمَةٗ لَّكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبۡ عَلَيۡنَآۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ ١٢٨

Artinya: Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

Ketika membaca makna ayat ini, saya berandai-andai dan membayangkan, saya bertanya kepada Jasampe makna atau tafsir ayat ini, Jasampe menjelaskan kepada saya : ”wahai cucuku, aku selalu berdoa secara khusus agar kelak anak cucuku menjadi hamba yang tunduk kepada Allah subahanahu wata’ala, dan menjadi hamba yang bertaqwa dan saya berdo’a agar cucu saya nantinya bisa pergi haji dan mengqadha haji bagiku”. Mendengar penjelasannya, saya tertekun melihat aura wajahnya yang sungguh-sungguh mengucapkan itu.

Dia menjelaskan makna terakhir dari ayat ini; “wahai cucuku, kita semua adalah hamba yang tidak luput dari dosa, maka segeralah bertaubat, karena Allah subahanahu wata’ala maha penerima taubat”. Dia mengajari saya sambil menepuk pundak saya tiga kali, lantas dia berbalik arah dan meninggalkan saya menuju masjid.

Kemudian setelah magrib, saya menunggunya di tangga rumahnya. Saya melihat rumahnya sudah reot, atap di atas tangganya ditopang dengan dua kayu yang sejajar, di paku miring ke ujung atap dari pangkal pintu. Disitu saya berdiri sambil memegang kayu penopang atap itu. Ketika telah pulang dari masjid, “kamu kenapa disini” tanyanya sambil melihat saya heran. “pung berikan aku nasehat” jawabku. Kemudian dia berpikir sejenak dan membacakan surah Al-Baqarah ayat 152-153:

فَٱذۡكُرُونِيٓ أَذۡكُرۡكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِي وَلَا تَكۡفُرُونِ ١٥٢ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٥٣

Artinya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

Kemudian dia membacakan artinya kepadaku: “apa maksudnya pung” saya bertanya. “ingatlah Allah, maka dia akan mengingatmu di kala kamu sulit dan kesusahan dan dalam keadaan apapun selama kamu ingat kepada Allah. Minta tolonglah kepadanya melalui shalat dan bersabar”. Saya menjawab “makasih pung” saya sambil melangkah turun tangga dan Jasampe masuk rumahnya sambil menutup pintu.

            Tetapi itu hanya bayangan di pikiran saya saja, saya tidak pernah bersua dengannya, namun saya bisa membayangkan aura wajahnya ketika berbicara.

 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini