Ada beberapa kondisi psikologis anak yang
akan sangat berpengaruh bagi pemikirannya. Yaitu ketika anak dalam kondisi
sangat sedih, ketika anak dalam kondisi sangat senang, ketika anak dalam
kondisi sangat takut dan ketika anak termotivasi. Kondisi ini akan menjadi
ingatan yang sangat susah untuk dilupakan oleh anak.
Jika kamu mendapati anakmu pada kondisi
sangat takut, pertama janganlah terbawa kondisi takut hingga anakmu melihat
kondisi mu. Kedua, berusahalah untuk tegar pada kondisi ketakutan ini dan
berikanlah nasehat kepada anak-anak agar mereka senantiasa mengingat akan kebesaran,
keesaan dan kekuasaan Allah subahanahu wata’ala. Maka kondisi psikologis
anak akan mendorongnya untuk senantiasa mengingat nasehat yang sangat berharga.
Coba ingat kisah tentang Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang sedang
berada di gua sur dengan Abu Bakar As Shiddiq, beliau memberikan nasehat kepada
Abu Bakar untuk tidak takut dan berserah diri kepada Allah; “innallaha
ma’anaa”. Ketika itu Abu Bakar diserang rasa takut.
Ketika anak dalam kondisi sangat senang, berusalah
berpikir obyektif. Sesungguhnya pada kondisi ini ada hal yang lebih baik
dilakukan orang tua selain larut dalam memperhatikan anak. Pada kondisi ini,
ingatkanlah anak akan akhlaq yang baik-baik, seperti; tidak sombong, tidak
berpoya-poya, agar anak senang berterima kasih dan bersyukur. Coba
ingat kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Bilqis, ketika Bilqis terkagum
dan senang, dia menasehati dirinya sendiri agar tidak dzalim.
قِيلَ لَهَا ٱدۡخُلِي ٱلصَّرۡحَۖ فَلَمَّا رَأَتۡهُ
حَسِبَتۡهُ لُجَّةٗ وَكَشَفَتۡ عَن سَاقَيۡهَاۚ قَالَ إِنَّهُۥ صَرۡحٞ مُّمَرَّدٞ
مِّن قَوَارِيرَۗ قَالَتۡ رَبِّ إِنِّي ظَلَمۡتُ نَفۡسِي وَأَسۡلَمۡتُ مَعَ
سُلَيۡمَٰنَ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٤٤
Artinya: Dikatakan kepadanya: "masuklah ke
dalam istana". Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam
air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: "sesungguhnya
ia adalah istana terbuat dari kaca". Berkatalah Balqis: "Ya Tuhanku,
sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri
bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam"
Ketiga;
ketika anak dalam kondisi sangat sedih, maka berikanlah nasehat kepada anak untuk
terus berusaha dan berdo’a kepada Allah subahanahu wata’ala. Ajarkan dan
motivasi dia untuk bisa mencapai cita-citanya, selalu optimis kepada Allah subahanahu
wata’ala dengan berdo’a. Coba ingat ketika Nabi Yakub dalam kesedihan,
waktu tu Nabi Yakub diberitahu oleh anak-anaknya bahwa Yusuf telah dimakan
serigala dan mengatakan kepada Nabi Yakub untuk tidak mengingatinya kembali,
maka beliau menasehati dirinya sendiri untuk tetap optimis dan berdo’a dan
mengadu kepada Allah subahanahu wata’ala.
قَالَ إِنَّمَآ أَشۡكُواْ بَثِّي وَحُزۡنِيٓ إِلَى
ٱللَّهِ وَأَعۡلَمُ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا تَعۡلَمُونَ ٨٦
Artinya: Ya´qub menjawab: "sesungguhnya hanyalah
kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari
Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya".
Keempat,
ketika anakmu dalam kondisi termotivasi maka ajarkanlah dan nasehatilah dia
untuk selalu berpikir bijak dan realistis. Ingatlah cerita Nabi Sulaiman yang
termotivasi untuk memberikan makan makhluk seluruh alam barang sehari saja,
maka Allah subahanahu wata’ala mengingatkan dia agar berpikir realistis
dan tidak akan sanggup memberi makan barang sehari pun.
Apa yang kita pikirkan, terkedang terucap
oleh lidah, terinspirasi kepada prilaku. Maka wajar saja, ada seseorang yang
masih muda, namun pemikirannya bagian dari pemikiran para orang tua. Begitu
juga dengan orang yang berpikir sekedar saja, mengikuti keinginan jiwa, maka
perbuatannya tidak jauh dengan yang dia pikirkan. Sangat beruntung sekali orang
yang memikirkan hal besar dan bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari. Maka berpikirlah tentang sesuatu yang bermanfaat, Insya Allah kita
akan melakukan tindakan-tindakan yang bermanfaat juga.
Komentar
Posting Komentar