Pagi itu tiba, orang-orang sudah memulia
beraktivitas, dan sibuk dengan kegiatannya. Ada yang sedang menyiram bunga di
depan rumahnya, ada yang sedang mempersiapkan bekal dan memakaikan dasi
suaminya yang hendak bekerja, menuntun anak-anaknya berangkat ke sekolah,
petugas kebersihan lingkungan perumahan.
Pagi itu kereta yang menuju pusat kota berhenti di stasiun persinggahan.
Penumpang mengisi gerbong-gerbong kereta, duduk dengan gayanya masing-masing,
ada yang membuka smartphonnya, ada yang sedang membaca buku, ada yang membaca
surat kabar yang terbit pagi itu, ada yang sedang asyik mengobrol dengan teman
di sampingnya, dan kereta terus melaju dengan kecepatan biasa menuju pusat
kota. Ketika kereta singggah di station Kansas, naiklah (sebut saja) Pak Hafidz
dengan anak-anaknya yang masih kecil-kecil; anak-anak itu meribut,
berlari-lari, berteriak-teriak, sampai-sampai anak-anak itu menarik surat kabar
yang sedang dibaca seorang bapak yang ada di depan mereka, dan sangat
mengganggu orang-orang yang berada di dalam kereta.
Seketika ketenangan di gerbong kereta
berubah dengan keributan dan kegaduhan yang dilakukan oleh anak-anak kecil
tersebut, seketika penumpang melirik mereka dengan penuh kejengkelan dan
kekesalan. Ayahnya Pak Hafidz hanya duduk di samping Stephen dan memejamkan
matanya, agaknya tak mempedulikan anak-anaknya, seolah-olah tidak ada yang
terjadi. Stephen sulit untuk menahan rasa jengkelnya, Stephen tak mengerti
kenapa Pak Hafidz begitu tenang membiarkan anak-anknya berlarian liar seperti
itu dan tidak berbuat apapun untuk mencegah mereka, “sama sekali tidak
bertanggung jawab”, piker Stephen.
Akhirnya dengan menahan rasa jengkelnya, Stephen
menoleh kepada Pak Haidz dan berkata, “tuan… anak-anak anda benar-benar
mengganggu banyak orang, dapatkah anda mengendalikan mereka sedikit”? Pak
Hafidz mengangkat dagunya seolah baru tersadar akan situasi di sekitarnya, lalu
berkata dengan sedih, “oh, anda benar. Saya kira saya harus melakukan sesuatu.
Kami baru saja dari rumah sakit dimana ibu mereka meniggal satu jam yang lalu.
Saya tidak tahu harus berbuat apa, dan saya kira mereka juga tidak tahu harus
bagaimana menghadapinya”.
Dapatkah anda bayangkan bagaimana perasaan Stephen pada saat itu? persepsinya berubah.
Tiba-tiba dia melihat segalanya secara berbeda, dan karenanya dia melihat
dengan cara berbeda, dia berfikir dengan cara berbeda, dan merasa dengan cara
berbeda dan berprilaku dengan cara berbeda.
Banyak orang mengalami perubahan yang fundamental dalam cara berfikir mereka
justru ketika mereka menghadapi krisis yang mengancam jiwa dan tiba-tiba
melihat prioritas mereka dengan cara yang berbeda atau ketika mereka tiba-tiba
melangkah ke dalam sebuah peran yang baru.
Dalam kata-kata Thoreau, “untuk setiap seribu yang memangkas daun-daun
kejahatan, ada satu yang menyerang akarnya.” Kita hanya dapat mengalamai
perbaikan besar dalam hidup ini sewaktu kita berhenti memangkas daun-daun sikap
dan prilaku dan mulai menyerang akarnya...”
Akarnya....?
Komentar
Posting Komentar